Abad ke-20 mencatat beberapa ilmuwan Yahudi yang mengubah pandangan sains dalam ilmu fisika modern. Sebagian dari sumbangan ilmiahnya masih relevan dengan abad ke-21.
Beberapa Fisikawan Yahudi Tenar
Fisikawan-fisikawan Yahudi Diaspora berperan besar dalam mengembangkan bom atom dan hidrogen. Mereka mencakup Albert Einstein (1879-1955), Enrico Fermi (1901-1954), Leo Szilard, Niehls Bohr (1885-1962), J. Robert Oppenheimer (1904-1967), dan Edward Teller (lahir 1908). Tiga di antaranya, Einstein, Fermi, dan Bohr adalah pemenang Hadiah Nobel bidang Ilmu Fisika. Robert Oppenheimer berjasa dalam mengembangkan bom atom yang kemudian dijatuhkan di Hiroshima dan mengakhiri PD II di Asia Timur. Edward Teller dijuluki "Bapa atom hidrogen" AS. Tapi pendorong pemerintah AS pimpinan Presiden Roosevelt kemudian Truman masa PD II waktu itu agar energi atom dikembangkan sebagai suatu sumber energi dan bom atom adalah Albert Einstein. Meskipun demikian, dia dan Oppenheimer kemudian menentang pemakaian senjata-senjata nuklir dan hidrogen untuk perang.
Penghormatan pada Einstein
Nama Einstein masih diabadikan melalui siaran televisi Australia (ABC) melalui suatu jenis permainan bersifat perlombaan mengasah otak. Ia dijuluki The Einstein Factor. Suatu siaran televisi asing lain, Playful Disney, menyelenggarakan suatu permainan serupa untuk anak-anak dan diberi nama Little Einsteins. Para perancang kedua jenis permainan ini pasti punya sikap hormat pada Albert Einstein dan memakai namanya sebagai suatu sarana pendidikan umum melalui televisi.
Bukan saja kedua acara televisi tadi yang menunjukkan rasa hormat padanya. Banyak buku sudah ditulis tentang dia. Tapi yang barangkali mengejutkan di antaranya adalah The Bible According to Einstein (New York: Jupiter Scientific Publishing Company, 1999). Buku karya berbagai penulis ini menyajikan suatu pelengkap ilmiah bagi Alkitab untuk milenium ketiga. Ia berisi ringkasan pengetahuan umat manusia tentang berbagai topik, seperti ilmu fisika, biologi, geologi, dentuman besar, dan ditulis untuk pembaca awam. Bahasa prosanya disesuaikan dengan bahasa prosa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru terbitan Inggris terkenal, King James Bible. Tujuan utama buku ini adalah untuk "menunjukkan kekuatan sains dan kuasa roh" yang saling melengkapi pengetahuan manusia.
Bahasa prosa Alkitab dan The Bible According to Einstein mirip tapi isi keduanya agak berbeda. Simaklah, misalnya, kemiripan bahasa tapi perbedaan isi kedua sumber pengetahuan manusia ini ketika menjelaskan asal-usul semua ciptaan di alam semesta:
Pada mulanya . . . [bumi] belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, . . . . (Kejadian 1:1-2)
Pada "Mulanya", tidak ada permulaan . . . tidak ada waktu dan tidak ada ruang. Alam semesta dalam suatu keadaan kuantum disertai fluktuasi yang liar . . . . (The Bible According to Einstein)
Mengapa ada rasa hormat padanya? Ada banyak pertimbangan. Dua di antaranya adalah bahwa Albert Einstein seorang jenius ilmiah dan seorang humanis besar.
Teori relativitas khusus
Sebagai seorang jenius ilmiah, dia melihat apa yang sebelumnya tidak pernah dilihat orang lain dan mengubah untuk selama-lamanya pandangan kita tentang alam semesta. Sebagai seorang ahli ilmu fisika teoritis, dia terkenal dalam abad ke-20 terutama untuk teorinya yang inovatif dan revolusioner: teori relativitas. Ini teori ilmu fisika modern dia tentang ruang, waktu, energi, dan gravitasi.
Ada dua jenis teori relativitasnya. Pertama, teori relativitas khusus; dan, kedua, teori relativitas umum.
Teori relativitas khusus Einstein dipaparkannya dalam suatu makalah ilmiah pada tahun 1905 ketika dia berusia 26 tahun dan tinggal di Bern, Swis. Teori yang diajukannya dalam makalah itu memperbaiki pandangan tentang ruang dan waktu dari fisikawan dan matematikawan tenar, Isaac Newton ( 1642-1727), dari Inggris. Teori khusus ini dibatasi pada pengamat-pengamat yang berada dalam gerak yang seragam tapi saling menyadari kehadirannya pada tempat yang berbeda-beda. Teori ini menganggap bahwa hukum-hukum ilmu fisika punya bentuk yang sama untuk semua pengamat dan bahwa kecepatan cahaya sama untuk semua pengamat, lepas dari gerak mereka sendiri.Teori relativitas khusus ini menimbulkan berbagai akibat. Salah satunya adalah asas bahwa massa dan energi bisa dipertukarkan. Akibat lain menyangkut keunikan dari kecepatan cahaya: manusia mustahil bepergian dengan alat angkut apa pun - seperti pesawat terbang - pada kecepatan yang melampau kecepatan cahaya sebagai unsur tercepat dalam alam semesta, yaitu, sekitar 300.000 kilometer per detik di ruang hampa. Akibat lain menyangkut pengukuran waktu. Pengukuran waktu bergantung pada gerak pengamat dan, karena itu, waktu bersifat tidak mutlak, waktu bersifat relatif.
Suatu bagian dari sepucuk surat Einstein yang ditulisnya 21 Maret 1950 bisa memperjelas secara sederhana konsepnya tentang relativitas waktu. Surat belasungkawanya dikirimkan kepada keluarga temannya yang wafat, Michele Beso. "Sekarang dia sudah meninggalkan dunia yang aneh ini dan agak mendahului saya. Ini tidak bermakna apa pun. Bagi kami fisikawan yang percaya beda antara masa lampau, masa kini, dan masa depan hanyalah suatu ilusi yang tetap saja hadir."
Suatu ilustrasi bisa memperjelas gagasannya bahwa masa lampau, masa kini, dan masa depan hanyalah ilusi, "tipuan mata", dan sekaligus memperjelas relativitas waktu. Anggap saja Anda tengah berdayung menyusuri Sungai Mamberamo di Papua ke arah hulunya. Sepanjang perjalananmu, Anda bertemu dengan seorang pemancing, terus berdayung selama satu jam lalu bertemu pemancing kedua, dan terus berdayung selama dua jam lalu bertemu pemancing ketiga sepanjang tepi yang sama dari sungai itu. Ketika Anda berjumpa dengan pemancing pertama, Anda mengalami waktu kini. Tapi ketika Anda berjumpa dengan pemancing kedua, Anda mengalami waktu kini bersama dia tapi waktu lampau dengan pemancing pertama dan waktu akan datang dengan pemancing ketiga yang akan Anda jumpai. Begitu Anda bertemu dengan pemancing ketiga dua jam kemudian, Anda mengalami waktu kini bersama dengan dia tapi waktu lampau dengan kedua pemancing lainnya. Waktu lampau, kini, dan nanti yang Anda alami masih dalam cakupan WIT.
Sekarang, bayangkanlah bahwa Anda berada dalam sebuah helikopter yang bukan melaju melainkan dalam posisi stasiuner atau "berlabuh" pada ketinggian tertentu. Ketinggian itu begitu rupa sehingga Anda dengan mudah melihat ketiga pemancing ikan yang duduk di tepi Sungai Mamberamo dengan sekali pandang. Ketika ini terjadi, masa lampau, kini, dan nanti yang Anda alami waktu Anda berjumpa dengan mereka melalui perahu menjadi tidak bermakna apa pun. Dengan kata lain, garis pemisah antara ketiga satuan waktu dalam sehari itu hilang karena ia hanyalah ilusi, tipuan mata Anda. Waktu -masa lampau, masa kini, atau masa depan - menjadi tidak mutlak tapi relatif, tergantung di antaranya pada tempat Anda berada. Sepanjang sungai memang ada bayangan tentang tiga kesatuan waktu kecil tadi. Tapi begitu Anda makin tinggi, ketiga kesatuan waktu kecil tadi lenyap membentuk hanya masa kini.
Dari ilustrasi sederhana tentang relativitas waktu tadi, Anda sekarang bisa memahami sanggahan Albert Einstein dalam suratnya tadi. Pembagian waktu ke dalam masa lampau, masa kini, dan masa depan tidak bermakna apa pun karena adalah ilusi. Sebagai akibatnya, mengatakan bahwa seseorang yang meninggal dan mendahului kita yang hidup, seperti sahabat Einstein tadi, adalah ilusi juga, tanpa makna, karena waktu relatif, tidak berlaku secara mutlak.
Kalau Einstein dan temannya yang meninggal dunia percaya pada kekekalan hidup, maka kekekalan meniadakan waktu dan ruang apa pun. Dia - nanti kalau meninggal dunia - dan temannya sebagai akibatnya mengalami apa yang diistilahkan "kekinian kekal". Dalam kekinian kekal, satu detik sama dengan semiliar tahun, satu hari sama dengan seribu tahun, satu jam sama dengan semiliar miliar tahun! Tidak ada beda lagi dalam persamaan waktu apa pun. Tidak ada juga beda antara suatu kamar sel yang sempit sekali di penjara dengan seluruh ruang alam semesta yang panjang, lebar, tinggi atau dalamnya tak terkira! Dalam kekekalan, satu sel penjara yang sempit sama dimensinya dengan satu alam semesta yang luas, tinggi atau dalamnya tak terkira.
Dalam hubungan dengan teori relativitas khusus ini, Albert Einstein meramalkan dalam makalahnya 1905 tadi tentang pengaruh gravitasi pada bentuk dan waktu rambatan gelombang cahaya (atau gelombang radio). Menurut ramalannya, gelombang cahaya (atau radio) yang bergerak dari satu planet ke planet lain - dalam ruang angkasa yang luas - akan dilengkungkan dari "jalan lurus" yang ditempuhnya oleh suatu benda langit yang padat, seperti matahari. Gravitasi yang kuat dari benda langit macam ini akan memperlambat juga rambatan gelombang cahaya sebanyak sepersekian dari satu detik.
Kebenaran teorinya baru dibuktikan tahun 1919 oleh seorang ahli astronomi asal Inggris: Arthur Eddington. Ada gerhana matahari di Pulau Principle, lepas pantai Afrika Barat, pada tanggal 29 Mei 1919. Eddington yang sambil mengamati gerhana matahari itu menguji ramalan Einstein dan mengukuhkan kebenaran teorinya.
Teori relativitas umum
Tiga tahun sebelum teori relativitas khusus Einstein dibuktikan di Afrika Barat, dia mengumumkan suatu teorinya yang terkait dengan yang pertama: teori relativitas umum. Teori yang lahir tahun 1916 ini tentang pengamat-pengamat yang tidak berada dalam keadaan gerak yang seragam. Teori ini adalah suatu interpretasi geometrik tentang gravitasi. Konsekuensinya mencakup fakta bahwa cahaya dibelokkan ke arah benda-benda langit dengan gravitasi yang besar.
Sejarah Ringkas Atom
Albert Einstein tidak terlibat langsung dalam pengembangan bom atom pertama di dunia di Amerika Serikat. Meskipun demikian, dia berperan dalam memberi saran kepada pemerintah AS pimpinan Presiden Roosevelt tentang kemungkinan mengembangkan tenaga atom menjadi senjata atom. Bom atom pertama ini dikembangkan secara sangat rahasia dengan melibatkan juga beberapa ilmuwan Yahudi AS, termasuk J. Robert Oppenheimer.
Gagasan tentang atom sudah ada pada zaman Yunani kuno, sebelum Masehi. Tapi penemuannya harus menunggu sampai dengan abad ke-20.
Pada tahun 1911, Ernest Rutherford, seorang fisikawan Inggris, dan dua orang fisikawan lain, Hans Geiger dan Ernest Marsden, menemukan susunan atom. Delapan tahun kemudian, Rutherford berhasil membelah atom. Suatu alat untuk meremukkan atom bernama siklotron ditemukan Ernest Lawrence, seorang fisikawan Amerika Serikat, pada tahun 1929. Lima tahun kemudian, Enrico Fermi, seorang fisikawan asal Italia, membombardir uranium dengan neutron dan menghasilkan unsur-unsur transuranium. Tahun 1937, fisi nuklir pertama dari uranium dihasilkan oleh Otto Hahn, seorang ahli kimia Jerman. Hahn sudah menemukan bahwa inti atom uranium tertentu bisa dibelah menjadi dua bagian yang hampir sama, melepaskan energi dan neutron. Pada gilirannya, hasil pembelahan ini membelah lagi atom uranium. Dua orang asisten Hahn yang akan pindah ke AS adalah fisikawan Austria-Swedia, Lisa Meitner, dan keponakannya, Otto Frisch. Siklotron lain untuk membelah atom ditemukan pertama kali 25 Januari 1938 oleh John Ray Dunning dari AS. Pembelahan atom yang dia lakukan menghasilkan sinar gamma, suatu fisi nuklir yang bertahan lama. Sekitar tiga bulan kemudian, Enrico Fermi, Leo Szilard, Walter N. Zam, C.B. Regrana, dan Dunning mengulangi eksperimen pembelahan atom yang dilakukan Dunning awal 1938. Riset mereka mengukuhkan penemuan di Eropa (oleh Otto Hahn dan asistennya) bahwa penyerapan suatu neutron oleh suatu inti uranium terkadang mengakibatkan inti itu terbelah menjadi dua bagian yang hampir sama; pembelahan ini disertai pelepasan energi yang dahsyat. Kolega mereka, Niehls Bohr, membahas eksperimen 1938 itu dengan O.R. Frisch, L. Meitner, dan Albert Einstein di Princeton. Selain Einstein, Fermi, Szilard, dan Bohr adalah fisikawan berdarah Yahudi.
Surat historis Einstein
Einstein yang sebelumnya seorang warga negara Jerman lalu pindah dan menetap di AS karena ancaman Nazi Jerman pimpinan Adolf Hitler terhadap orang-orang Yahudi Eropa. Di negara ini, dia bekerja pada Lembaga Penelitian Tingkat Maju Universitas Princeton, New Jersey, AS. Pada lembaga ini bekerja juga Thorstein Veblen, J. Robert Oppenheimer, Wolfgang Pauli, dan John von Neumann. Ketiga nama terakhir adalah juga ilmuwan berdarah Yahudi. Sebagai seorang fisikawan tenar, Einstein melihat potensi pemakaian tenaga atom sebagai "suatu sumber energi yang penting di masa depan" dan "bom-bom" atom. Ini dia jelaskan dalam sepucuk suratnya kepada Presiden Roosevelt. Surat lengkapnya demikian:
Beberapa karya terkini dari E. Fermi dan L. Szilard yang telah disampaikan pada saya dalam bentuk naskah mengakibatkan saya berharap bahwa unsur uranium dapat diubah menjadi suatu sumber energi yang penting di masa depan. Segi-segi tertentu dari situasi yang telah timbul tampaknya menghendaki kewaspadaan dan, jika perlu, tindakan cepat di pihak Pemerintah. . . . Selama empat bulan terakhir telah hampir dipastikan . . . bahwa ada kemungkinan mengadakan suatu reaksi berantai dalam suatu massa uranium yang besar, dan dengan cara itu dapat menimbulkan sejumlah yang sangat besar dari daya dan sejumlah besar unsur mirip radium. . . . Gejala baru ini dapat juga mengarah pada pembuatan bom-bom.
Setahun sesudah surat itu ditujukan kepada Pemerintah AS, Perang Dunia II meletus di Eropa dan Asia Timur. Jerman, Italia, dan Jepang di satu pihak berperang melawan bangsa-bangsa Eropa Barat (seperti Inggris dan Perancis). Amerika Serikat baru terlibat dalam perang besar itu sesudah pangkalan militernya di Pearl Harbor, Hawaii, dibom oleh pesawar-pesawat tempur Jepang pada tahun 1941. PD II ini pun melibatkan Rusia sebagai sekutu negara-negara Barat pimpinan AS. Tapi surat Einstein tampaknya belum menunjukkan tanggapan nyata dari Pemerintah AS.
Tahun 1942, sebuah tim yang dikepalai Enrico Fermi menghasilkan reaksi berantai nuklir pertama. Suatu hasil percobaan yang akan mengarah juga pada pembuatan bom atom.
Tanggapan pemerintah AS
Pada tahun 1942, Pemerintah AS mendirikan suatu pusat riset atom di Los Alamos, suatu tempat sekitar 40 kilometer jauhnya dari Santa Fe, ibu kota negara bagian New Mexico. J. Robert Oppenheimer, seorang fisikawan Yahudi-AS, diangkat menjadi direktur pusat riset ini antara 1942 dan 1945. Hasil riset pusat ini mengarah pada pembuatan bom atom pertama di dunia. Bom atom itu lalu diuji-coba di gurun New Mexico 18 Juli 1944. Pendirian pusat riset atom dan bom atom pertama yang dibuat dan dites boleh dipandang sebagai tanggapan nyata Pemerintah AS atas surat Albert Einstein enam tahun sebelumnya.
Tanggal 6 Agustus 1944, bom atom pertama berdaya ledak 20.000 ton TNT dijatuhkan di atas Hiroshima, Jepang. Seratus ribu orang Jepang tewas seketika dan 100.000 korban lainnya akan mati karena luka bakar dan penyakit karena radiasi nuklir. Ratusan lainnya akan cacat seumur hidup. Karena Jepang belum menyatakan menyerah kalah, Tentara Sekutu pimpinan Jenderal McArthur menjatuhkan bom atom kedua (memakai plutonium) atas Nagasaki di pulau Kyushu. Daya ledaknya sama dengan yang dijatuhkan tiga hari sebelumnya. Tujuh puluh lima ribu orang Jepang tewas seketika; 75.000 korban lainnya akan mati karena luka bakar dan radiasi.
Jepang akhirnya menyerah kalah beberapa hari kemudian. PD II berakhir di Asia Timur.
Reaksi Menentang Senjata Nuklir dan Hidrogen
Pembelahan atom dan penerapannya menjadi senjata dengan daya musnah yang dahsyat dan sumber energi baru berkembang sesudah PD II. AS tetap mengembangkan tenaga atom untuk kepentingan militer dan sipil. Meskipun demikian, keunggulan ini akhirnya tersebar ke negara lain, terutama Uni Soviet, melalui penyebaran ilegal oleh orang AS sendiri. Sesudah itu, bom hidrogen mulai dikembangkan dan daya musnahnya pun dahsyat.
Perkembangan ini mulai dasawarsa 1950-an. Tahun 1950, Komisi Energi Atom AS yang didirikan 1946 membangun reaktor fisi nuklir pertama. Ia akan menghasilkan tenaga nuklir pertama di dunia. Pada tahun yang sama, ilmuwan-ilmuwan nuklir AS yang diketuai Edward Teller mencoba reaksi thermo-nuklir pertama sedunia 8 Mei 1950. Percobaan ini dilakukan di pulau atol Eniwetok di Samudera Pasifik Tengah. Pada tahun 1952, Ethel Rosenberg dan suaminya Julius Rosenberg dijatuhi hukuman mati 19 Juni 1952 oleh Pemerintah AS. Pasangan ini membocorkan rahasia atom AS ke Uni Soviet. Sementara itu, Pemerintah As memulai serangkaian percobaan atom baru di gurun Nevada. Tanggal 12 Agustus 1952, sekitar dua bulan sesudah pasangan Rosenberg dijatuhi hukuman mati, Uni Soviet meledakkan suatu alat hidrogen. Teller dan pasangan suami-isteri Rosenberg berdarah Yahudi.
Baik pemakaian energi nuklir maupun percobaan senjata nuklir (hidrogen) diteruskan tahun 1954. Nautilus, nama kapal selam bertenaga nuklir pertama AS, diluncurkan 21 Januari 1954. Kapal selam ini dibuat berdasarkan desakan Laksamana Muda Angkatan Laut AS, Hyman George Rickover yang berdarah Yahudi. Pada tanggal 1 Maret 1954, Komisi Energi Atom AS meledakkan suatu "alat" fusi nuklir (hidrogen) di Atol Bikini, Samudera Pasifik Selatan. Ledakan itu ratusan kali lebih kuat dari ledakan bom atom di Eniwetok.
Perkembangan senjata nuklir dan hidrogen yang meluas menimbulkan kekuatiran pada Oppenheimer dan Einstein. Oppenheimer menentang pembuatan bom hidrogen pada tahun 1952 sementara Einstein mengingatkan Pemerintah AS tentang bahaya-bahaya senjata nuklir bagi umat manusia. Sikapnya ini menunjukkan dirinya sebagai seorang humanis besar.
Reaksi pemerintah tampak lebih keras terhadap Oppenheimer karena masalah lain. Desember 1952, dia dituduh mempunyai simpati kepada Komunisme dan diduga melakukan pengkhianatan terhadap Pemerintah AS. Karena dipandang memberi ancaman kepada keamanan AS, keanggotaannya pada Komisi Energi Atom AS dicabut tahun 1953.
Senjata Nuklir dan Hidrogen Abad ke-21
Masa kini, senjata nuklir dan hidrogen masih menjadi ancaman bagi keselamatan umat manusia. Negara-negara yang diketahui memiliki senjata nuklir tidak saja AS dan Uni Soviet. Perancis, Inggris, India, Pakistan, RRC, Korea Utara, dan barangkali Israel memiliki senjata-senjata nuklir. Iran barangkali akan mengembangkan senjata nuklir juga. Selain itu, bom hidrogen diketahui dimiliki AS, Rusia, dan RRC. Semua senjata yang sangat berbahaya ini adalah konsekuensi pengembangan bom atom dan hidrogen, mula-mula di AS dan Uni Soviet. Beberapa otak ilmuwan Yahudi berperan besar dalam menciptakan senjata-senjata pemusnah massal ini di abad ke-20.
Suatu kekuatiran besar banyak orang adalah jatuhnya senjata nuklir dan hidrogen ke tangan kelompok-kelompok religius radikal tertentu. Kalau mereka berhasil memiliki senjata-senjata pemusnah massal itu dan memakainya untuk melakukan bom bunuh diri atau menembaki negara musuhnya secara serampangan, akibat-akibatnya yang sangat dahsyat dan mengerikan sulit kita bayangkan. Penentangan Oppenheimer dan peringatan Einstein lalu menjadi makin relevan dengan kekuatiran kita masa kini seandainya senjata-senjata pemusnah massal itu dipakai kelompok-kelompok radikal tersebut.