05 Agustus 2008

Belajar dari Yahudi Diaspora: Pengantar

Humoris besar Amerika Serikat berdarah Yahudi, Sam Levinson, menelanjangi kebodohan mereka yang anti-Semitik atau anti-Yahudi ketika dia melontarkan pernyataan-pernyataannya yang tajam dan benar kepada musuh-musuh Yahudi. "[Amerika Serikat adalah] suatu dunia yang bebas; Anda tidak perlu menyukai orang Yahudi tapi kalau Anda tidak menyukai mereka, saran saya adalah boikotlah beberapa produk orang Yahudi seperti tes Wasserman, digitalis yang ditemukan Dr. Nuslin, insulin yang ditemukan Dr. Minofsky, hidrat kloral yang ditemukan Dr. Litfreich, pil polio yang ditemukan Dr. Funk, streptomisin yang ditemukan Dr. Waksman, pil polio yang ditemukan Dr. Sabin dan vaksin polio [yang ditemukan] Dr. Salk.

"Silahkan, boikotlah. Konsistensi kemanusiaan mengharuskan bahwa bangsaku mempersembahkan semua karunia ini bagi semua bangsa di dunia. Konsistensi fanatik mengharuskan bahwa semua orang fanatik menerima sifilis, diabetes, penyakit sawan, kekurangan gizi, difteria, kelumpuhan bayi, dan tuberkulosis sebagai suatu masalah mendasar. Anda ingin menjadi orang gila? Jadilah orang gila! Tapi saya mau katakan padamu, Anda tidak akan merasa baik-baik sekali!"

Seandainya Levinson memperpanjang kebajikan-kebajikan orang Yahudi bagi dunia, kaum anti-Semitik yang paling fanatik sekalipun bisa "dipaksa" untuk menyadari mereka tidak mungkin hidup tanpa karunia-karunia orang Yahudi Diaspora kepada dunia. Misalnya, tanpa pemikiran Albert Einsten dan ilmuwan-ilmuwan Yahudi-AS lainnya yang berperan besar dalam mengembangkan bom atom pertama di dunia di Amerika Serikat dalam PD II, bekas Uni Soviet, RRC, India, Pakistan, dan - boleh jadi - Iran tidak mungkin mengembangkan bom atom kemudian hari demi meningkatkan kekuatan militernya. Dan tanpa menerima wahyu ilahi tentang Allah Yang Esa melalui Alkitab dan tanpa kelahiran Yesus Kristus melalui keturunan mereka, orang Yahudi tidak akan mewariskan ajaran-ajaran religius yang monoteistik, agung, dan universal dengan dampak global melalui orang Kristen sebagai "Israel baru". Entah Kristen entah tidak, musuh-musuh Yahudi yang menyadari sumbangan nyata orang Yahudi kepada peradaban dunia bisa dibuat malu oleh ulahnya.

Sejarah Penderitaan Yahudi Diaspora

Sepanjang sejarah keberadaan mereka, orang Yahudi Diaspora berkali-kali mengalami kebencian dan ketakutan terhadap mereka dan menjadi korban ketamakan akan kekuasaan oleh berbagai pihak. Itu semua diungkapkan musuh-musuh Yahudi melalui perbudakan, pengusiran, penganiayaan, pembunuhan, dan genosida.

Selama 400 tahun, mereka diperbudak dan dianiaya bangsa Mesir kuno yang tidak lagi mengenal Yusuf. Penguasa baru Mesir kuno menunjukkan rasa takut dan rasa benci pada pertambahan populasi umat Israel - secara longgar, disebut juga sebagai orang Yahudi. Pertambahan penduduk umat Israel dikuatirkan akan menurunkan jumlah populasi Mesir kuno dan menjadi ancaman terhadap stabilitas kerajaan kuno itu. Agar ancaman ini dicegah, setiap anak lelaki Iberani atau Israel harus dibunuh.

Tapi Yahweh bertindak tepat pada waktunya. Melalui Musa dan Harun, Dia membebaskan umat-Nya sesudah mereka menderita di Mesir selama empat abad. Keluarnya mereka dari Mesir diperkirakan terjadi tahun 1250 s.M.

Mereka ditawan dan diasingkan oleh Asiria kuno dan Babilonia kuno. Sebagian penderitaan ini adalah hukuman Allah pada mereka karena dosa-dosanya dan sebagian lagi karena kebencian pihak penakluk pada mereka dan ketamakan akan kekuasaan dari para penguasa non-Yahudi itu.

Mereka hampir saja mengalami genosida seandainya Ratu Ester, srikandi berdarah Yahudi Diaspora di kerajaan Media-Persia kuno, tidak ikut berperan bersama Mordekhai, paman atau ayah angkatnya, untuk menyelamatkan umat Israel di pengasingannya. Peranan mereka berdua yang didukung secara sah oleh sang raja Media-Persia memampukan orang-orang Yahudi membunuh Haman, sang Hitler zaman itu, bersama sepuluh anaknya dan sekitar 80.000 pengikut Haman di seluruh kerajaan Media-Persia yang luasnya dari India sampai dengan Etiopia!

Jerman Nazi pimpinan Adolf Hitler melakukan genosida terhadap sekitar 5-6 juta orang Yahudi Eropa atau sekitar sepertiga populasi total Yahudi Diaspora selama PD II. Genosida ini didorong oleh kebencian Hitler dan Nazi kepada mereka dan oleh ideologi gila tentang keunggulan rasial dari kaum Arya impian Hitler atas bangsa-bangsa non-Arya, termasuk orang-orang Yahudi Diaspora.

Sampai sekarang pun, mereka masih mengalami kebencian dari berbagai bangsa atau kelompok masyarakat di dunia. Presiden Iran masa kini, Ahmanidejad, mengancam akan menghapus Israel dari peta dunia karena masalah Palestina yang belum beres. Kelompok-kelompok religius atau ideologis radikal tertentu di manca negara masih mengungkapkan sikap anti-Yahudi terhadap mereka.

Selama lebih dari 3.000 tahun sejarahnya, orang Yahudi - termasuk Yahudi Diaspora- sering tidak menikmati cintakasih, kebebasan, dan damai sejahtera di antara bangsa-bangsa lain ketika mereka tinggal bersama bangsa-bangsa itu. Mereka berkali-kali dianiaya, dikambinghitamkan, dibunuh, dan diusir dari satu kawasan atau negara ke kawasan atau negara lain. Tanpa tanah air sendiri, mereka berkali-kali mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Tidak heran mereka dijuluki "wandering Jews", orang-orang Yahudi yang mengembara.

Paradoks

Entah tergolong fanatik entah tidak, mereka yang anti-Semitik barangkali tidak menyadari kebenaran kata-kata Sam Levinson. Itu bisa kita amati dari perilakunya. Sementara menghujat bangsa Israel di Timur Tengah atau orang Yahudi di bagian lain dunia, mereka - sadar atau tidak - memakai atau menikmati produk-produk Yahudi Diaspora.

Pengunjung supermarket yang anti-Yahudi berbelanja sambil mendorong belanjaannya dalam kereta belanja. Puterinya yang gemar busana dan kosmetik impor terkenal membeli baju rancangan Calvin Klein atau Ralph Lauren dan kosmetik produksi Lauren.

Di luar, terjadi huru-hara. Ada ratusan orang yang unjuk rasa menentang Israel dan orang Yahudi di mana saja. Sambil memakai jins Levi atau jins lain yang diilhami jins Levi, kaum demonstran membakar bendera Israel dan Amerika Serikat, sekutunya. Sementara menyaksikan pembakaran bendera-bendera itu, wartawan-wartawan yang juga anti-Yahudi memakai jins sambil memotret adegan itu entah dengan film-film berwarna atau dengan kamera Polaroid.

Para pendukung yang tidak sempat ikut demonstrasi, menonton laporan itu melalui Internet pada komputer Dell yang memakai mikroprosesor dari Intel. Atau mereka menontonnya pada televisi. Ketika siaran itu selesai, mereka terburu-buru pindah ke saluran televisi luar negeri untuk menikmati film-film HBO favoritnya yang disutradarai Steven Spielberg atau film-film favorit lain pada Asian Star Television atau film-film yang diproduksi MGM, Columbia Pictures, Universal Studios, Paramount Pictures, 20th Century Fox, atau Warner Brothers Pictures.

Yang lain yang senang menyanyi mencari hiburan ke ruang karaoke komersial. Mereka membawakan lagu-lagu ciptaan atau yang dinyanyikan Billy Joel, Elvis Presley, Barry Manilow, Barbra Streisand, Neil Diamond, Paul Simon, dan Art Garfunkel.

Sebagian lagi yang anti-Yahudi tapi berpandangan modern pergi menikmati dansa di diskotek. Diskotek itu memakai sinar laser untuk menciptakan efek warna-warni yang mengesankan. Ratusan orang, entah anti-Yahudi entah tidak, menikmati malam itu.

Tiba-tiba, diskotek itu diledakkan kaum teroris anti-Zionis Israel dan anti-Amerika, pendukung utama Israel. Puluhan pengunjung tewas seketika, ratusan terluka parah.

Mereka yang terluka parah buru-buru di antar ke PMI, dari yang terdekat sampai dengan yang terjauh. PMI yang kekurangan donor darah segera mendapat tanggapan ratusan pengunjung lain yang secara sukarela menyumbang darahnya untuk sebagian korban yang masih hidup. Tapi ada sukarelawan yang golongan darahnya belum diketahui. Karena itu, golongan darah mereka harus diketahui dulu sebelum mereka boleh menyumbangkan darahnya.

Semua pihak yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa imajiner tadi, entah mereka sadari entah tidak, memakai atau menikmati produk-produk Yahudi Diaspora! Ini baru sebagian dari produk-produk mereka yang sudah dipakai secara luas di dunia. Produk-produk itu mereka hasilkan melalui penerapan teori atau hukum ilmiah dan teknologi, termasuk teknologi canggih.

Kita mengamati paradoks dari kebencian musuh-musuh Yahudi terhadap orang-orang Yahudi di satu pihak dan penerimaan hasil akal budi Yahudi dalam kehidupan sehari-hari mereka di pihak lain. Entah kita membenci orang Yahudi entah tidak, kita sulit mengelak dari pengaruh signifikannya. Pengaruh hebat itu ada dalam setiap bidang kemajuan kita. Betapa besarnya dampak dari hasil akal budi orang Yahudi Diaspora bagi kehidupan kita!

Kelompok Kecil Tapi Berpengaruh Besar

Pengaruh besar mereka mencengangkan. Mereka berasal dari suatu kelompok budaya yang kecil sekali jika dibanding dengan bangsa-bangsa besar lain di dunia, semisal bangsa RRC, India, Amerika Serikat, Indonesia, dan Rusia. Dibanding RRC dengan sekitar 1.3 miliar penduduk dan India dengan sekitar 1.4 miliar penduduk, misalnya, mereka berjumlah sekitar 15 juta orang di seluruh dunia, kurang dari seperempat dari satu persen penduduk dunia sebesar sekitar 6 miliar orang. Tidak semua orang Yahudi Diaspora penganut Yudaisme; karena itu, jumlah penganut agama Yahudi ini tentu lebih kecil. Israel masa kini yang dihuni sekitar 6 juta orang Yahudi, sebagian besar adalah Yahudi Diaspora yang kembali ke tanah leluhurnya, adalah suatu negara kecil. Namun, orang Yahudi Diaspora menyumbang secara menonjol pada kemajuan dunia.

Misalnya, dari merekalah orang Kristen belajar tentang Allah dan wahyu-Nya dalam Alkitab Perjanjian Lama. Dalam Alkitab Perjanjian Baru, orang Kristen belajar juga tentang Yesus Kristus, para murid dan rasul-Nya - hampir semuanya orang Yahudi zaman Roma kuno - yang menyebarkan agama Kristen ke jajahan Roma kuno pada abad pertama Masehi. Berkat pengorbanan mereka, Gereja Kristen sekarang berada di berbagai belahan dunia, dengan sekitar 2 miliar penganut atau sekitar sepertiga penduduk dunia masa kini. Ini mengakibatkan agama Kristen menjadi agama dengan penganut paling banyak di dunia. Penyebaran agama Kristen ke seluruh dunia ikut menyebarkan juga banyak berkat bagi bangsa-bangsa lain.

Sejarah Diaspora

Baik orang-orang Yahudi yang beremigrasi ke Israel maupun orang-orang Yahudi Diaspora lainnya punya sejarah penyerakan yang panjang ke seluruh penjuru dunia. Lebih dari 2.700 tahun yang lalu, kerajaan Asiria kuno menaklukkan Samaria (tahun 722 s.M.), ibu kota Israel kuno, dan mengusir 27.000 penduduknya; sekitar 2.600 tahun yang lalu, kerajaan Babilonia kuno menawan dan mengasingkan penduduk kerajaan Yehuda di selatan Israel kuno dari tanah leluhurnya (pada tahun 597 dan 586 s.M.). Sebagian kecil dari mereka di Babilonia kuno - kemudian dikuasai kerajaan Media-Persia - kemudian diizinkan kembali ke Israel kuno, tapi sebagian besar hilang identitasnya, tetap tinggal di Babilonia kuno atau merantau ke Timur sejauh China, Jepang, dan bahkan ke suatu kawasan di Sumatera sebagai penginjil. Pada masa kekaisaran Roma kuno, jumlah total orang Yahudi di dalam dan di luar kekaisaran itu antara 7 dan 8 juta orang; sekitar 75 persen dari mereka tinggal di luar kekaisaran itu, termasuk di Babilonia kuno dan Mesir kuno. Ketika Kaisar Roma kuno, Vespasian, dan puteranya, Titus, menghancurkan Yerusalem pada tahun 66 Masehi dan 72 Masehi, orang-orang Yahudi di kota itu ditawan dan diserak-serakkan dengan paksa ke berbagai penjuru kekaisaran itu.

Masa penyerakan atau penyebaran orang-orang Yahudi zaman kuno itu dikenal dengan istilah Diaspora dan Galut. Diaspora mengacu pada penyerakan mereka oleh Asiria kuno, Babilonia kuno, dan kemudian oleh berbagai bangsa lain di Eropa, Afrika Utara, dan Asia keempat benua: Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika. Galut mengacu pada penyerakan mereka secara paksa oleh Roma kuno zaman Vespasian dan Titus.

Akan tetapi, dalam sejarah perantauan orang Yahudi, Diasporalah yang lebih dikenal. Orang-orang Yahudi perantauan lalu dikenal sebagai Yahudi Diaspora.

Tiga penggolongan utama

Karena pengaruh sejarah Diaspora, kita mengenal masa kini tiga penggolongan utama orang Yahudi sedunia. Pertama, orang-orang Yahudi Ashkenazi; kedua, orang-orang Yahudi Sefardik; dan, ketiga, orang-orang Yahudi Mirzahi.

Kata Ashkenazi mengacu pada Ashkenaz. Ini suatu istilah alkitabiah yang bisa ditemukan dalam Kitab Kejadian 10:3, 1 Tawarikh 1:6, dan Yeremiah 51:27. Nama ini menunjukkan kawasan yang dihuni orang-orang Yahudi Eropa bagian baratlaut - kawasan Perancis bagian utara dan kawasan-kawasan Jerman - sejak Abad Pertengahan di Eropa (antara abad ke-5 dan ke-15 Masehi).

Masa kini, istilah Ashkenazi punya arti yang lebih kaya. Ia mengacu pada semua warisan budaya, sosial, dan religius Yahudi yang berasal dari kawasan Eropa bagian baratlaut dan kemudian tersebar ke Polandia, Lithuania, dan Eropa bagian Timur. Orang Yahudi Ashkenazi yang tinggal di kawasan Uni Soviet yang lain atau yang beremigrasi dari sini ke Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru jelas tergolong pada Yahudi Ashkenazi. Sekitar 95 persen orang Yahudi AS adalah Ashkenazi.

Yahudi Sefardik adalah golongan Yahudi yang tinggal di Spanyol atau Portugal sebelum mereka diusir dari sana tahun 1492. Keturunan mereka disebut Yahudi Sefardik. Nama ini berasal dari kata Sefardim, suatu kata yang ada juga dalam Alkitab, yaitu, Obaja 1:20.

Golongan Yahudi Mirzahi dan keturunannya berasal dari Afrika dan Asia. Kelompok etnik yang disebut Kaum Falasha di Etopia adalah keturunan Yahudi hitam. Mereka dipercaya adalah keturunan Ratu Syeba dari Etiopia kuno dari hasil perkawinannya dengan Salomo, salah seorang raja Israel kuno. Sebagian besar sudah dipindahkan ke Israel dan menjadi warga negara di sana. Sudah ditemukan juga, terutama dalam abad ke-20, keturunan-keturunan Yahudi Diaspora lain di Asia Timur, seperti di India, China, dan Jepang. Ada di antara keturunan ini yang pindah tinggal di Israel.

Di manakah kita bisa bertemu dengan ketiga golongan Yahudi Diaspora ini? Tempat yang paling gampang untuk bertemu dengan mereka adalah Israel masa kini. Selain itu, orang-orang Yahudi dari ketiga golongan itu bisa kita jumpai di Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, Selandia Baru, Eropa bagian Barat dan Timur, Rusia, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Utara, Afrika Selatan, India, China, Jepang, dan berbagai kawasan lain di Asia Timur.

Lebih dari sekadar penyerakan

Diaspora sebenarnya lebih dari sekadar penyerakan. Max I. Dimont, seorang penulis terkenal tentang orang-orang Yahudi, menjelaskan: "Diaspora adalah suatu cara hidup dan sekaligus suatu konsep intelektual, suatu kondisi berada dan suatu keadaan akal budi."

Diaspora sesungguhnya bagi orang Yahudi mulai dengan penaklukan Babilonia kuno oleh kerajaan Media-Persia kuno (538 s.M.). Ketika penguasa Media-Persia mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke tanah leluhurnya, kebanyakan tidak kembali kekampung halamannya tapi memilih untuk tetap tinggal di tempat mereka berada. Pengasingan orang-orang Yahudi di Babilonia kuno sebelum kemenangan Media-Persia bersifat tidak sukarela karena dipertahankan dengan kekuatan oleh Babilonia kuno. Akan tetapi, tinggalnya mereka di Babilonia sesudah pembebasan oleh Media-Persia bersifat sukarela. Jadi, sebelum menikmati kebebasan itu, orang-orang Yahudi di Babilonia kuno adalah orang-orang "asing", tapi sesudah pembebasan, mereka kemudian hidup dalam Diaspora.

Ada perbedaan mendasar yang lain antara konsep "pengasingan" dan "Diaspora". Bangsa-bangsa lain yang diasingkan tidak menghasilkan kebudayaan; mereka berangsur-angsur punah melalui asimilasi atau mengalami kemacetan dalam perkembangannya dan mundur menjadi bangsa pengembara. Orang-orang Yahudi adalah kekecualian. Diasporanya menghasilkan kebudayaan-kebudayaan Yahudi yang baru. Inti dalam setiap kebudayaan Diaspora tetap khas Yahudi; akan tetapi, setiap kebudayaan itu mengambil ciri-ciri dominan dari peradaban tumpangannya. Apa pun juga wadah setiap kebudayaan Diaspora, kebudayaan itu - entah dalam peradaban Yunani kuno, Arab, Eropa modern atau entah Amerika Serikat - selalu tentang Yehovah dan monoteisme.

Ketika suatu peradaban menjadi filsafati, seperti peradaban Yunani kuno, orang-orang Yahudi Diaspora menjadi filsuf-filsuf. Ketika peradaban Arab Islam didominasi para penyair dan matematikawan, orang-orang Yahudi dalam peradaban itu menjadi penyair dan matematikawan. Ketika peradaban menjadi ilmiah dan abstrak, seperti peradaban Eropa modern, orang-orang Yahudi Diaspora di Eropa modern menjadi ilmuwan dan ahli-ahli teori. Ketika peradaban Amerika Serikat menjadi pragmatis dan kekotaan, orang-orang Yahudi Diaspora dalam peradaban itu menjadi pragmatis dan kekotaan.

Ada waktunya mereka tidak mengambil ciri-ciri dominan dari peradaban tumpangannya. "Hanya ketika suatu kebudayaan atau peradaban melawan monoteisme sebagai etika mendasar dari orang-orang Yahudi barulah mereka tidak mampu beradaptasi atau diadaptasi ke dalam kebudayaan atau peradaban itu," Dimont menyatakan.

Dengan mempertimbangkan dua kecenderungan orang-orang Yahudi Diaspora tadi demi ketahanan hidup mereka, Max I. Dimont datang pada suatu kesimpulan. "Orang-orang Yahudi menjadi bagian dari, namun berbeda dengan, peradaban yang di dalamnya mereka hidup."

Di dalam pelbagai peradaban itulah orang-orang Yahudi Diaspora memberi dampaknya dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Dampak itu bersifat lokal dan regional, nasional dan internasional, kontinental dan global.

Mewujudkan Impian Zionisme

Gerakan Zionisme akhir abad ke-19 bertujuan untuk mendirikan Negara Israel di Timur Tengah. Sebagai akibatnya, orang-orang Yahudi Diaspora berdatangan secara bergelombang ke Palestina dan mendirikan Negara Israel tahun 1948. Sejak itu, makin banyak dari mereka berdatangan dari berbagai penjuru dunia, termasuk sekitar satu juta imigran dari Rusia dan bekas Uni Soviet.

Sebelum mereka datang ke Palestina di akhir abad ke-19, siapakah yang mendiami Palestina? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mundur ke zaman orang-orang Israel di Samaria kuno dan orang-orang kerajaan Yehuda di Israel kuno bagian selatan diasingkan sekitar 2600 dan 2700 tahun yang lalu.

Sesudah Salomo (raja ketiga kerajaan Israel kuno antara sekitar tahun 962 dan 922 s.M.) wafat, kerajaan Israel yang bersatu selama sekitar 120 tahun sejak Saul menjadi rajanya yang pertama pecah menjadi dua bagian. Sepuluh suku yang lebih tua memisahkan diri dan mendirikan kerajaan Israel dibagian utara dengan Samaria sebagai ibu kotanya. Dua suku bungsu membentuk kerajaan Yehuda di bagian selatan dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.

Pokok perpecahan? Penolakan kesepuluh suku di utara terhadap usul kenaikan pajak yang dikenakan Rehabeam, putera Salomo yang menggantikan ayahnya sebagai raja baru Israel (sekitar 926-910 s.M.). Rehabeam tidak menggubris suara rakyatnya dari utara dan malah menaikkan tarif pajak untuk mereka. Perselisihan antara selatan dan utara karena masalah tarif pajak tidak terpecahkan. Akhirnya, kesepuluh suku di utara memisahkan diri tahun 924 s.M. dan mendirikan kerajaan Israel dengan Yerobeam (922-901 s.M.) sebagai rajanya yang pertama.

Sekitar 200 tahun kemudian, 27.000 penduduk Samaria di utara diasingkan oleh bangsa Asiria kuno. Penguasa Asiria lalu mendatangkan bermacam-macam orang asing sebagai transmigran yang tinggal di Samaria sambil mempraktekkan agamanya sendiri. Agama-agama itu kemudian dicampuradukkan dengan penyembahan kepada Yahweh. Sekitar 340 tahun sesudah perpecahan kerajaan Israel, kedua suku di selatan yang membentuk kerajaan Yehuda diasingkan ke Babilonia kuno. Meskipun demikian, para penakluk dari Asiria dan Babilonia kuno meninggalkan sebagian orang Israel di tanah airnya. Ketika kerajaan Persia kuno yang menaklukkan Babilonia kuno mengizinkan mereka dari bekas kerajaan Yahuda kembali ke tanah leluhurnya, hanya sebagian saja yang pulang.

Pada masa kekuasaan kekaisaran Roma kuno (antara sekitar 753 s.M. dan 476 M), orang-orang Yahudi di Palestina mengadakan pemberontakan terhadap penjajahnya antara tahun 66 dan 135 Masehi. Sebagai akibatnya, kekaisaran itu mengasingkan mereka dari Yerusalem dan Yudea, nama zaman Perjanjian Baru untuk Yehuda atau Palestina. Meskipun demikian, ada sekelompok kecil orang Yahudi yang tinggal di Palestina. Tapi menjelang abad ke-6 Masehi, orang-orang Yahudi menjadi golongan minoritas di Palestina.

Ketika Palestina ditaklukkan bangsa Arab, jumlah orang-orang Yahudi makin merosot. Pada abad ke-11 Masehi, terjadi rangkaian Perang Salib di Palestina. Hanya beberapa ribu orang Yahudi yang tinggal di sana. Sebagian besar hidup dalam Diaspora di luar tanah leluhurnya.

Mempertimbangkan penderitaan selama berabad-abad dari orang Yahudi di perantauannya, timbullah kerinduan untuk kembali ke tanah leluhurnya di Timur Tengah. Ada kerinduan untuk mendirikan suatu negara bagi orang Yahudi agar mereka dapat hidup tenteram dan bisa memiliki kemerdekaan dan kedaulatan untuk mengurus dirinya sendiri. Ini suatu impian, suatu cita-cita, politik dan budaya.

Timbullah Zionisme, suatu gerakan politik dan budaya yang ingin mendirikan kembali negara kebangsaan Yahudi di Palestina. Lalu, Kongres Zionis Sedunia Pertama diadakan 1897. Kongres ini memainkan suatu peranan penting dalam mendirikan Negara Israel tahun 1948.

Sebagai akibat gerakan Zionisme tadi, orang-orang Yahudi Diaspora dari berbagai penjuru dunia mulai berdatangan ke Palestina. Pada tahun 1948, mereka berperan dalam mendirikan dan membela Negara Israel modern. Meskipun jutaan orang Yahudi Diaspora berimigrasi ke Israel, banyak di antaranya masih tinggal di luar Israel.

Jadi, sejak diasingkan oleh Asiria kuno dan Babilonia kuno, Tanah Israel - berubah-ubah nama dan kepemilikan selama lebih dari 2700 tahun - tetap dihuni sisa-sisa orang Israel. Jumlah mereka meningkat secara signifikan melalui imigrasi sesudah akhir abad ke-19, zaman kerinduan mereka untuk memiliki dan mengurus kembali tanah leluhurnya diperkuat oleh gerakan Zionisme dan penderitaan mereka, terutama selama PD II.

Ketahanan Hidupnya Luar Biasa

Sejarah hidup, perjuangan, dan ketahanan hidup orang-orang Yahudi bisa ditelusuri ke zaman Mesir kuno. Meskipun mereka mengalami penderitaan dan penganiayaan, diusir dari satu negara atau bangsa ke negara atau bangsa lain, dikucilkan dari pegaulan umum di negara tumpangannya, dimusuhi, dan terancam ketahanan hidupnya melalui genosida, mereka secara luar biasa bertahan hidup dan tetap memberi dampak globalnya!

Apa rahasia pengaruh hebat orang Yahudi Diaspora pada dunia? Bisakah kita mengetahui rahasia itu dan belajar dari mereka? Rangkaian tulisan tentang topik ini, Belajar dari Yahudi Diaspora, akan berusaha menjawab pertanyaan ini dan pertanyaan-pertanyaan lain.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

MENGUNDANGMU KE BLOG SAYA, DAN KUNJUNGI FORUM SERU, DI:

http://www.indonesia.faithfreedom.org

Enjoy... ;)

Anonim mengatakan...

very very nice hebat anda........
saya dah lama banget baca artikel atau semua ttg yahudi....tapi masih terasa kurang!!
saya adalah penggemar berat yahudi!! saya sangat setuju dengan anda....
andai ada perang melibatkan israel saya mau berperang buat mereka...

shaloom.................

ddeba mengatakan...

Terima kasih untuk undangan www.indonesia.faithfreedom.org dan komentar anonim. Mohon maaf sekali baru sekarang saya membalas komentar Anda. Saya rasa Anda berdua setuju dengan pepatah Inggris itu: The proof of the pudding is in the eating. Kita tidak akan mempertengkarkan apakah puding terasa manis, kecut, atau pahit sebelum kita mencicipinya.
Tujuan blog saya sebagian boleh dibilang menerjemahkan pepatah ini: kita "alami" dulu sebelum kita membuat penilaian. Jadi, kita membuat penilaian (yang tepat) sesudah semua fakta (yang saya usahakan cermat, apa adanya)
dikumpulkan dan dipaparkan. Ini makin penting ketika kita menilai pihak yang secara tradisional sebagian dari kita benci, seperti orang Israel/Yahudi.

Salam hangat,

ddeba74